2 Januari 1492, Sejarah Kelam Muslim Andalus
2 Januari 1492 adalah hari paling kelam dalam sejarah Muslim Andalus, atau sejujurnya, Muslim di seluruh dunia. Mahakarya peradaban gemilang itu sirna nyaris tanpa bekas. Literatur tarikh Islam menyebutnya sebagai al-firdaus al-mafqud, taman surga yang hilang.
Abu Abdillah Muhammad ash-Shaghir harus keluar dengan hina dari pintu belakang Alhambra, benteng sekaligus istana yang menjadi kebanggaan dan kebesaran para leluhurnya, Bani Nashr, selama hampir 250 tahun.
Sultan terakhir Granada ini terpaksa menyerah setelah tidak sanggup menunjukkan dirinya layak sebagai pemimpin besar di tengah badai tantangan umat.
Abu Abdillah berjuang ‘sendirian’ bukan karena dia pemimpin hebat. Tapi karena sudah begitu lama ‘meninggalkan’ umat. Bertahun-tahun merapat kepada musuh untuk sekedar bisa bertahan di kursi kekuasaan, tanpa peduli dengan nasib umat yang sejatinya siap mengorbankan apapun untuk membela kedaulatan dan kehormatannya.
16D Paket Tour Halal Wisata Muslim Maroko Spanyol Portugal 2024
Alhasil, bukan hanya penduduk Granada yang merasa berjarak dengannya. Dunia Islam pun serasa enggan untuk memberi perhatian lebih kepadanya. Bani Marin di Maroko hanya bersimpati tanpa arti. Penguasa Hafshawi di Tunis hanya berdiplomasi. Mamalik di Mesir terlalu lemah untuk sekedar membela diri. Dan, Sultan Bayazid di Turki, meski sempat mengirim kekuatan maritim, namun upayanya itu tidak cukup untuk menghentikan suratan takdir Ilahi.
Granada runtuh, Andalus pun lenyap. Keindahan Alhambra seakan menjadi cap terakhir yang dibubuhkan untuk menjadi bukti bahwa, di tanah Iberia ini sebuah peradaban pernah lahir dengan segala kebesarannya. Peradaban yang mengantar Spanyol dan Portugal, yang sebelumnya adalah Andalus Islam, menjadi penguasa dunia sepanjang abad 16 M hingga 18 M. Peradaban yang mengantar Eropa untuk menemukan cahaya (pencerahan/renaisans) dan memupus abad-abad kegelapannya.