Perang Shiffin: Mulai Dari Latar Belakang Terjadinya Hingga Dampaknya Bagi Peradaban Islam
Peristiwa terbunuhnya Utsman bin Affan merupakan salah satu tragedi dalam sejarah Islam. Pembunuhan tersebut terjadi karena adanya ketidakpuasan sebagai muslim dan membuat retaknya persatuan diantara umat Islam yang telah dibangun oleh Rasulullah SAW. Hal tersebut ditandai dengan ketidakstabilan politik yang terjadi setelah wafatnya Utsman.
Meninggalnya Utsman juga menjadi awal mula munculnya konflik antara dua tokoh kuat muslim, yaitu Ali bin Abi Thalib dengan Muawiyah bin Abu Sufyan. Konflik tersebut dimulai dari ketidakmauan Muawiyah untuk berbaiat kepada Ali dan akhirnya berdampak pada terjadinya Perang Shiffin.
Latar Belakang Perang Shiffin
Setelah berakhirnya Perang Jamal dan ali dibaiat oleh mayoritas kaum Anshar dan Muhajirin, Ali kemudian memindahkan kursi kekhalifahannya dari yang sebelumnya di Madinah ke Kufah. Namun, ada salah satu gubernur yang menolak untuk berbaiat kepadanya, yaitu Muawiyah Bin Abu Sufyan yang merupakan gubernur Syam. Muawiyah menolak untuk berbaiat karena pasukan Ali telah membunuh Utsman bin Affan, dan ia masih tidak terima dengan pembunuhan tersebut.
Muawiyah sendiri merupakan politikus yang memiliki ambisi besar dan menjadi salah satu politikus yang paling disegani serta memiliki banyak sekutu. Sebelumnya Ali sudah mengirimkan surat kepada Muawiyah, namun Muawiyah tetap menolak untuk berbaiat kepada Ali. Itulah awal mula dari Perang Shiffin dimulai, yaitu pertentangan yang terjadi antara Ali dan Muawiyah. Kedua pihak juga sudah menyiapkan pasukan mereka untuk segera melakukan peperangan.
Pecahnya Perang Shiffin
Hingga akhirnya pada Juli 657 ditempat yang bernama Shiffin di hulu sungai Eufrat, kedua pasukan bertemu. Sebelumnya mereka sudah berdebat mengenai sumber air pada tempat itu. Namun kedua belah pihak sepakat untuk berdamai dan tidak saling berbicara ataupun mengganggu.
Ali juga berdiam diri selama dua hari tanpa mengirim satu surat pun kepada Muawiyah. Kemudian Ali mengirim utusan kepada Muawiyah, namun masih belum mencapai sebuah kesepakatan. Muawiyah tetap bersikeras untuk menuntut darah pembunuh Utsman. Setelah negosiasi mengalami kebuntuan, maka pertempuran antara Ali dan Muawiyah pun tidak dapat dihindarkan.
Pada awalnya, Ali mengajak Muawiyah untuk melakukan perang satu lawan satu agar konflik bisa segera terselesaikan, namun Muawiyah menolak ajakan tersebut. Hingga akhirnya terjadilah peperangan besar antara kedua pasukan. Pada pertempuran terakhir, yaitu 28 Juli 657 M, pasukan Ali menyatakan bahwa mereka tidak ingin melanjutkan peperangan. Lalu dengan terpaksa, Ali menghentikan peperangan dan konflik antara keduanya dilanjutkan ke jalur perundingan.
Dampak Perang Shiffin Dalam Peradaban Islam
Berikut adalah beberapa dampak dari terjadinya Perang Shiffin terhadap perkembangan dunia Islam pada saat itu :
Pembangunan Fisik
Pada masa kekhalifahan Ali Bin Abi Thalib, terdapat usaha positif yang dilakukannya, terutama dalam hal tata kota dan salah satu kota yang dibangun pada saat itu adalah kota Kufah. Pada awalnya, pembangunan kota ini hanya bertujuan untuk kepentingan politik dan dijadikan sebagai pertahanan untuk kekuatan Khalifah Ali Bin Abi Thalib dari berbagai ancaman para pembangkang.
Kota Kufah sendiri bisa dikatakan sebagai kota yang sangat strategis bagi pertahanan Khalifah karena bisa dijadikan sebagai alat untuk mengontrol kekuatan Muawiyah yang sudah lama tidak ingin tunduk kepada pemerintahan Ali Bin Abi Thalib.
Namun, seiring berjalannya waktu, pembangunan yang dilakukan di kota Kufah tidak hanya sebatas pada tujuan politik saja dan Kufah menjadi kota yang sangat ramai dikunjungi. Bahkan, Kufah telah menjadi pusat dari pengembangan ilmu pengetahuan keagamaan, seperti ilmu Tafsir, Hadits, Nahwu, dan lain sebagainya.
Selanjutnya, kota Kufah mengalami banyak sekali kemajuan dalam hal pembangunan, salah satunya adalah mendirikan banyak masjid dengan arsitektur yang sangat bagus.
Aktivitas Keagamaan
Perang Shiffin telah menyebabkan terjadinya perpecahan secara permanen pada komunitas Muslim pada saat itu, dan umat Muslim terpecah demi memperebutkan kedudukan Khilafah. Berakhirnya Perang Shiffin juga membuat perselisihan umat Muslim semakin berkembang dan terbagi menjadi beberapa sekte Islam.
Karena perpecahan itulah, kemudian pada masa itu kepentingan keagamaan seperti Sunni, Syiah, dan juga Kharijiyah mengembangkan Islam menjadi berbeda satu sama lain dan membentuk lembaga-lembaga keagamaan yang khas dalam komunitas masing-masing.
Aktivitas Intelektual
Berakhirnya Perang Shiffin juga berpengaruh terhadap aktivitas intelektual pada saat itu. Berikut adalah beberapa bidang aktivitas yang terdampak :
Bidang Bahasa Arab
Pada masa jahiliyah, bangsa Arab belum mengenal mengenai bahasa bangsa atau negara lain. Namun, setelah perluasan Islam keluar Jazirah Arab membuat bangsa Arab bisa bergaul luas dengan bangsa yang lain, seperti Mesir, Syam, Persia, dan lain sebagainya. Hal tersebut kemudian membuat mereka memiliki tata bahasa yang kacau.
Bidang Aqidah
Selain bahasa, bergaulnya bangsa Arab dengan bangsa yang lain juga berpengaruh terhadap aqidah. Bertemunya aqidah Islam dengan aqidah yang lainnya di luar Islam ini menimbulkan sebuah benturan. Hal tersebut dibuktikan dengan munculnya berbagai aliran-aliran baru, seperti aliran mujassimah yang memiliki keyakinan bahwa Allah memiliki wujud fisik seperti manusia.
Bidang Politik
Bidang politik juga menjadi salah satu hal yang terdampak Perang Shiffin. Dulunya, politik Islam didasarkan pada keputusan bersama atau musyawarah. Namun di luar Arab menerapkan sistem monarki absolut atau segala sesuatunya harus berdasarkan dengan keputusan sang raja. Hal tersebut kemudian membuat politik Islam menjadi tidak seperti dulu dan pecah menjadi beberapa kelompok.
Peristiwa Perang Shiffin membawa dampak yang bisa dikatakan sangat fatal bagi kesatuan umat Islam. Bahkan hingga saat ini dampak dari Perang Shiffin masih bisa dirasakan. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk terus menjaga kesatuan umat Islam agar tidak terulang perpecahan Islam seperti pasca Perang Shiffin.