Green Mosque, Sebuah Mahakarya Seniman Turki
Turki negara liburan favorit bagi turis mancanegara. Banyak sekali destinasi-destinasi wisata menarik. Mulai dari wisata alam, sejarah, maupun religinya. Ngomong-ngomong berdarmawisata religi dan sejarah, negara sekular ini menyuguhkan tempat ibadah yang begitu apik. Green Mosque namanya. Letaknya berada di Bursa.
Bursa sebuah provinsi di Turki yang berdekatan dengan Istanbul. Kota kecil ini berlokasi di Uludag, yang berupa dataran tinggi. ‘Green Bursa’ julukan yang tepat untuk kota ini. Sebab di wilayah ini banyak sekali tanaman hijau tumbuh.
Daerah ini dulunya pernah menjadi ibu kota Kesultanan Ottoman. Menariknya di sini terdapat masjid hijau yang menjadi objek wisata religi. Ingin tahu tentang tempat ibadah umat muslim ini? Yuk ikuti tulisan ini.
Keistimewaan Green Mosque
Apakah masjid hanya boleh dikunjungi umat muslim? Tentu tidak jawabannya. Peraturan ini berlaku di Turki. Warga setempat sangat menjunjung toleransi. Maka dari itu, para wisatawan muslim maupun non muslim diizinkan masuk ke Green Mosque ini.
Dengan syarat tidak boleh mengganggu orang yang sedang beribadah. Apa sih yang unik dari masjid ini? kenapa para turis banyak yang datang ke sini? Nah, mari telurusi masjid ini bersama penulis.
Tour Turki: Paket Tour Turki Wisata Halal Muslim
Histori Green Mosque
Pada period Kesultanan Ottoman pemimpinnya bernama Sultan Mehmed I Celebi. Dia menguasai wilayah ini setelah berperang melawan saudara-saudaranya. Pada masa itu dia memerintahkan rakyatnya untuk membangun sebuah masjid.
Peletakan batu pertama untuk memulai pembangunannya terjadi pada tahun 1419 SM. Bangunan tersebut selesai secara keseluruhan pada tahun 1424 SM. Ketika Sultan Mehmed I telah wafat, tempat ibadah masih dilanjutkan pembangunannya saat itu. Meskipun ada kendala dalam prosesnya.
Sultan Mehmed I meminta langsung Vezir Ivaz Pasha sebagai arsitek masjid hijau ini. Bahkan Pasha sekaligus sebagai penasehat dan pemimpin dalam proyek ini. Tentunya masih di bawah Sultan Celebi.
Tugas dekorasi masjid, Sultan menunjuk Ali bin Ilyas Ali dan Mehmed el-Mecnun. Ali mempunyai tugas dalam hal keubinan, sedangkan Mehmed el-Mecnun mengawasi menghias keramik. Dari kerja sama orang-orang tersebut, tempat ibadah ini dianggap puncak gaya arsitektur Ottoman I.
Penduduk Turki menamai masjid hijau ini dengan Yesil Cami’i. Yesil berarti hijau sedangkan Cami’i artinya masjid. Ada juga yang menjuluki Masjid Mehmed I. Green Mosque ini rupanya menjadi masjid tertua di pegunungan Uludag.
Bentuk Masjid Hijau
Green Mosque terdapat empat jendela berornamen kaligrafi ayat suci Al-Quran. Di dalamnya ada dua mihrab disertai empat sudut yang berpagar. Hiasan yang berwarna biru kehijau-hijauan dan hijau toska menjadi ciri khas dari bangunan ini.
Pintu masjid indah ini dibuat dari kayu kenari dan mengandung nilai seni yang berkelas. Tidak jauh dari pintu depan masjid ini terdapat tempat wudlu yang terbuat dari kayu. Selain itu, di tengah ruangan terdapat pancuran yang terbuat dari batu granit.
Ketika berkunjung ke sini, anda melewati gapura besar yang merupakan pintu utama. Uniknya bentuk dari gerbang tersebut dari marmer dan terukir gaya rancangan tradisional Persia dan Islam (Muqarnas). Saking rumitnya membuat ornamen tersebut, pengukirnya menyelesaikan ini selama tiga tahun. Lama juga ya?
Desain keramik
Keelokan dari masjid ini terletak pada keramik yang berasal dari buatan tangan para seniman. Keseluruhan keramiknya didominasi warna hijau. Mihrab yang terbuat dari keramik ini pun menjadi karakter dari masjid ini.
Tingginya yang mencapai 10 meter ini berhiasan Muqarnas. Susunannya berupa relung yang masuk ke dalam dinding. Tempat khusus muazin dan sultan pun terbuat dari keramik. Namun, di area sultan keramiknya berukiran motif bunga.
Berbagan huruf T terbalik
Masjid ini juga mempunyai dua lantai dan memakai bentuk kubus. Di sisi selatan letaknya lebih diluaskan. Rancangan bangunan masjid Yesil ini mempunyai bentuk seperti huruf T terbalik. Sisi kanan dan kiri digunakan untuk sebuah ruangan. Mihrab dan mimbar posisinya berada di ruang utama. Bagian tengahnya difungsikan sebagai tempat berwudlu yang terbuat dari batu pualam. Sangat megah bukan?
Arah kiblat di Turki menghadap ke selatan. Mengapa begitu? Posisi negara tersebut berada di Utaranya Ka’bah. Dengan begitu bisa disimpulkan bahwa tidak semua negara arah kiblatnya sama. Contohnya di Indonesia, ketika sholat menghadap ke barat.
Komplek sekitar masjid
Area sekitar Green Mosque terdapat makam, sekolah, dan pemandian umum. Mausoleum (makam) merupakan komplek pemakaman para sultan yang pernah memimpin Turki. Diantaranya ada Sultan Mehmed I Celebi. Lalu anaknya bernama Kucuk Mustafa, Yusuf Celebi, Mahmud Celebi, Ayse Hatun, Sitti Hatun, dan Selcuk Hatun.
Pengasuh Sultan Mehmed I Celebi, Daya Hatun, pun dimakamkan di sini. Sama halnya dengan corak masjidnya, makam di seberang masjid Yesil ini juga didesain oleh Haci Ivaz Pasha. Makam yang paling besar tentunya adalah Sultan Mehmed I Celebi.
Di mausoleum mahkota ukiran arab ini menutupi jendela kayu. Corak Mihrab di sini seperti batik dengan paduan warna hijau, cokelat, kuning, dan biru.
Kecantikan dari tempat ini dikuatkan dengan penutup makam yang tebuat dari keramik bertuliskan kaligrafi. Serta di ujungnya ditutupi kain turban.
Selain itu, di sekitar masjid ada madrasah (sekolah). Madrasah Sultaniye namanya. Jaraknya dari masjid sekitar 100 meter. Nyamannya tempat ini terdapat gazebo berkubah dan pelataran yang mengelilinginya. Ada juga kolam di tengah-tengah halamannya.
Sayangnya, sekarang hammam (pemandian umum) sudah dialih fungsikan menjadi senter perdagangan.
Perbaikan gedung seperti semula
Komplek Masjid Mehmed I mengalami restorasi beberapa kali. Berawal dari kejadian gempa berskala 7,5 richter pada tahun 1855 di Bursa. Area tersebut berubah dengan reruntuhan dan kerusakan yang parah. Ahmet Vefik Pasa, pelindung pelestarian budaya Ottoman, meminta seorang seniman dan arsitek untuk memperbaikinya.
Baca: Paket Umroh Plus Turki Exclusive dan Signature 2023
Perancang ulang monumen ini adalah Prancis Leon Praville. Seorang berkewarganegaraan Prancis. Dia juga memiliki pengetahuan yang dalam tentang corak Ottoman asli. Hal itu disebabkan dia melakukan riset, bekerja, sekaligus bertempat tinggal di daerah tersebut. Pemugaran ini baru dimulai pada tahun 1863.
Leon melakukan semua pemulihannya mulai dari memperbaiki eksterior dan interior masjid. Dilanjut dengan pemasangan ubin garis hitam. Dua menara pun dibangun kembali. Akan tetapi, hiasan cat polikrom di atas langit-langit dan dinding dibiarkan saja.
Perbaikan kedua terjadi pada tahun 1941-1943.
Pemasangan keramik pada permukaan ubin disusun kembali. 67 tahun kemudian masjid hijau ini disempurnakan. Berlangsung selama 2 tahun, mulai 2010-2012. Lalu 11 Mei 2012 masjid ikonnya Bursa ini resmi dibuka.
Itulah beberapa pesona tentang komplek masjid hijau. Di halamannya terdapat pohon-pohon besar yang tumbuh. Arsitektur masjid ini pun hanya satu-satunya di Turki. Di tempat lain tidak ada konstruksi bangunan seperti ini. Keunikan serta keistimewaan bangunan masjid inilah yang memikat hati para wisatawan. Jangan lupa pula berziarah ketika berkunjung ke sini. Nikmatilah keindahan sejarahnya ditemani udara yang sejuk.