Mengenal Al – Fatih, Sosok Pemimpin dalam Penaklukan Konstantinopel
Konstantinopel atau yang sekarang dikenal sebagai kota Istanbul ibukota dari negara Turki. Konstantinopel adalah kota paling penting di dunia saat abad pertengahan serta kota paling maju di benua biru. Kota ini memiliki letak yang begitu strategis baik dalam segi ekonomi maupun politik dunia.
Konstantinopel terletak diantara dua benua yaitu benua Eropa dan Asia dan dibelah oleh Selat Bosporus. Pada masanya konstantinopel pernah menjadi ibukota dari Byzantium Romawi timur sejak tahun 324 Masehi sampai awal abad ke – 15.
Sejarah Konstantinopel
Awal mula dari sejarah Konstantinopel berasal dari sabda Nabi Muhammad SAW yang berbunyi, “Sesungguhnya akan dibuka Kota Konstantinopel, sebaik-baik pemimpin adalah yang memimpin saat itu, dan sebaik-baik pasukan adalah pasukan perang saat itu.” (HR. Imam Ahmad 4/235, Bukhori 139).
Dengan adanya sabda Rasulullah tersebut, banyak yang menjadikan sabda itu salah satu impian terbesar umat Islam pada masanya untuk mendapatkan kemuliaan di sisi Allah SWT. Salah satu orang yang ingin melakukan penaklukan Konstantinopel adalah Mehmed bin Murad atau dikenal sebagai El – Fatih.
Al – Fatih, Penakluk Konstantinopel
Sultan Mehmed II atau Muhammad al – Fatih adalah pangerah yang berasal dari Kerajaan Utsmaniyah, merupakan keturunan langsung dari Sultan Murad II. Beliau merupakan salah seorang sultan Kerajaan Ustmani yang paling terkenal dan merupakan sultan ke – 7 dalam sejarah Bani Utsmaniyah.
Beliau lahir pada 27 Rajab tahun 835 Hijriah atau 30 Maret tahun 1432 Masehi di kota Erdine yaitu ibukota kerajaan Ustmaniyah pada masanya. Gelar Al –Fatih sendiri sangat melekat pada namanya karena beliaulah yang sosok dibalik penaklukan Konstantinopel, kerajaan Romawi Timur yang sudah berkuasa selama 11 abad lamanya.
Sultan Mehmed II diangkat menjadi Khalifah Utsmaniyah tepat pada tanggal 5 Muharam 855 H atau 7 Februari 1451 M. Program besar yang langsung beliau gagas adalah menaklukan kota Konstantinopel.
Penaklukan Konstantinopel
Sebelum terjadinya penaklukan oleh Al – Fatih, Konstantinopel telah banyak diserang oleh berbagai prajurit umat Islam. Hal tersebut dilakukan beberapa bangsa untuk membuktikan sabda Nabi Muhammad SAW. Ternyata benteng pertahanan Konstantinopel dibuat dengan sangat rumit.
Penaklukan dimulai pada tanggal 6 April 1453 Masehi. Selama penaklukan, Al – Fatih memiliki para ahli perang dan penasihat yang dapat diandalkan dan sangat dipercaya antara lain Halil Pasha, Syeh Aaq Syamsudin, dan Zaqhanos Pasha.
Penaklukan mulai direalisasikan pada tanggal 6 April 1453 Masehi. Pertempuran tersebut berlangsung di darat, laut bahkan bawah tanah. Untuk pertempuran di darat terjadi di sekitar benteng Konstantinopel.
Sedangkan untuk pertempuran Laut berlangsung di daerah perairan Tanduk Emas. Terakhir pertempuran bawah tanah dilaksanakan dengan menggali terowongan oleh pasukan Utsmani agar dapat meruntuhkan struktur benteng Konstantinopel yang teramat kuat.
Meskipun sudah menggunakan taktik perang yang amat luar biasa, kokohnya benteng pertahanan kerajaan Romawi Timur sempat membuat Al – Fatih beserta pasukannya sempat putus asa lantaran sangat menguras tenaga, pikiran, waktu dan perbekalan mereka.
Bangkit dari keputusasaan, Al – Fatih meluncurkan ide dengan menggandeng 70 kapal miliknya untuk melintasi Galata ke muara, setelah sebelumnya kapal – kapal tersebut diminyaki dalam waktu kurang dari satu malam.
Keesokan harinya, kerajaan Romawi Timur kaget bukan kepalang, mereka tak berpikir sejauh itu kalau Al – Fatih dan pasukan menyeberangkan kapal – kapal milik Al – Fatih lewat jalur darat.
Peperangan pun terjadi dengan dahsyatnya, benteng milik kerajaan Romawi yang disimbolkan sebagai kekuatan kekaisaran Bizantium pada akhirnya diserang oleh pasukan Utsmani yang tidak takut pada kematian. Peperangan tersebut setidaknya telah menewaskan 265.000 pasukan umat Islam.
Kemenangan Al – Fatih
Dengan strategi perang yang cerdik tersebut , pada tanggal 20 Jumadil Awal 857 H atau 29 Mei 1453 M, Al – Fatih berhasil memasuki kota Konstantinopel. Bizantium pun tak tersisa sehingga secara langsung kota tersebut dinyatakan jatuh ke tangan kaum muslimin.
Al – Fatih berhasil melakukan penaklukan Konstantinopel pada usia yang masih belia yaitu 21 tahun. Setelah berhasil memasuki kota Konstantinopel beliau kemudian turun dari kuda lalu melaksanakan sujud sebagai tanda syukur kepada Allah SWT.
Pasca penaklukan Konstantinopel, beliau lalu memasuki gereja terbesar yang berada di kota tersebut. Gereja Hagia Sophia namanya, tempat ibadah umat nasrani saat masa kekaisaran Bizantium. Lalu, Al – Fatih memerintahkan untuk mengganti gereja tersebut menjadi masjid.
Pada masa kepemimpinan Al – Fatih, beliau telah membangun sebanyak 300 masjid, 57 bangunan sekolah seta 59 pemandian di berbagai wilayah kekuasaan Utsmani. Adapun peninggalan beliau yang sangat terkenal adalah Jami’ Abu Ayyub al – Anshari dan Masjid Sultan Muhammad II.
Selain itu, sebagai symbol dari kemenangan pasukannya dan umat Islam, Konstantinopel diubah namanya menjadi Islambul yang berarti “Negeri Islam”. Lalu, pada akhirnya mengalami perubahan menjadi Istanbul.