Sejarah Islam Di Andalusia Spanyol
Spanyol merupakan negara demokrasi dan menjadi negara maju dengan ekonomi urutan ketiga belas dunia, dahulu Spanyol juga menjadi kiblat ilmu pengetahuan dan sains. Pada abad ke-8 di Semenanjung liberia, Spanyol ada sebuah kawasan bernama Andalusia dalam bahasa arab disebut Al-Andalus (الأندلس) yang menjadi saksi penyebaran Islam di wilayah Eropa pertama kali dan pada saat itu dipimpin oleh Bani Umayyah. Ada beberapa kota di Andalusia yang menjadi tombak sejarah Islam di negara Spanyol.
Granada
Granada menjadi salah satu saksi akan kebangkitan dan runtuhnya kejayaan islam. Di Granada ada sebuah istana yang didirikan pada tahun 1238 yang bernama Alhambra sebuah bangunan kastil megah diatas bukit yang diapit hutan dan sungai, bangunan tersebut dihiasi dengan ubin-ubin, bata-bata merah dan hiasan dinding yang berwarna kemerah-merahan dengan keramik yang bernuansa islam. Pada era Taifa ditandai dengan berpencarnya provinsi-provinsi yang ada di Andalusia untuk mendirikan kerajaan sendiri dan pada saat itu Bani Umayyah sudah berkuasa lebih dari tiga abad.
Pada tahun 1232 Granada menjadi ibu kota Andalusia di bawah pimpinan Nasrid terbangunlah istana Alhambra. Istana Alhambra memiliki luas 13 hektar terdiri dari empat pintu gerbang untuk masuk, memiliki 30 menara yang terdiri dari medina ( kota tua ), alcazaba ( barac militer ), dan taman bernama Generalife. Alhambra menjadi kediaman sultan Nasrid dan pengawalnya diperkirakan juga ada sekitar 3000-4000 orang yang tinggal selama berabad-abad.
Alhambra juga disebut-sebut menjadi puncak pencapaian arsitektur islam di dalam bagunannya terdapat detail filosofi, puisi, fisika, geometri matematika dan seni, makin ke dalam maka akan ditemukan sebuah kaligrafi yang terpasang di dinding. Selain itu ada juga 10.000 inskripsi bahasa Arab selain dari ayat Al-Quran dalam penyangga pintu yang berpilar marmer ada tulisan kalimat syahadat Laa ilaha illallah Muhammadur Rasulullah (Tidak ada Tuhan selain Allah, dan Muhammad adalah utusan Allah). Dalam setiap ruangan terdapat empat filosofi elemen yang terdiri dari elemen cahaya, air, kebun, dan udara dimana filosofi tersebut memiliki gambaran dari surga bumi.
Di Alhambra terdapat sebuah pancuran air yang menjadi ikonnya biasanya digunakan untuk spot foto yang bernama Di Patio de los Arrayanes (Court of the Myrtles) yang memantulkan bayangan istana di hadapannya, air disini menggambarkan surga sebuah tempat yang banyak dialiri sungai sedang di Alhambara sendiri terdapat 4 aliran sungai yang menggambarkan sungai yang ada di surga yaitu sungai madu, sungai susu, sungai air jernih dan sungai madu. Alhambra juga terkenal akan keindahan kebunnya dengan semak yang ditata, bunga-bunga, pohon cemara dan pada setiap eksterior pekarangan istananya terdapat pohon buah. Pada elemen cahaya dan udara di ibaratkan sebuah sumber kehidupan karena dapat menumbuhkan tumbuh-tumbuhan.
Museum Sains Andalusia
Perque de la Sicencias Granada yang berjarak 2 kg dari pusat kota Granada adalah sebuah bangunan yang memiliki luas 4.500 meter persegi merupakan sebuah monumen sains berbeda dengan museum sains lainnya tempat ini digunakan sebagai penyimpanan harta pusaka peninggalan para ilmuwan pada masa kejayaan Andalusia yang ditempatkan pada satu paviliun khusus. Pada masa itu penemuan para ilmuwan yang disimpan adalah dalam bidang matematika, astronomi, geografi, filsafat, farmasi, kedokteran, arsitektur, kartografi, agronomi, geologi, seni dll.
Dari era tersebut tempat itu memiliki sekitar 220 situs arkeologi yang memperlihatkan dominan Arab pada abad-8 di negara Spanyol. Di Museum ini juga terdapat asal-usul peradaban Islam dan pengaruh yang didapat dari kebudayaan- kebudayaan sebelumnya. Ada juga peninggalan peta dunia yang dibuat oleh Ibnu Khaldun, buku harian milik Ibnu Batutah dan ornamen ubin pada masa Andalusia.
Albayzin
Albayzin merupakan kota tua bangsa Moorish kawasan ini terletak di atas bukit, di tepi sungai Darro dan pernah menjadi pusat kota Granada pada tahun 1013. Tempat ini memiliki ciri khas rumah dengan pot-pot bunga dan memiliki jalan sempit yang sudah ada sejak dinasti Nazrid yang dipertahankan hingga sekarang. Dahulu kawasan ini menjadi tempat tinggal para seniman dan aristokrat. Kita juga bisa memandang Alhambra yang berada di bukit Albayzin dari sudut Plaza de San Nicholas. Tempat ini merupakan salah satu spot foto paling populer untuk turis-turis terutama di saat senja.
Cordoba
Menelusuri sejarah Andalusia di masa lampau pasti akan membawa kita ke ibukotanya yang bernama Madinat Al-Zahra dimana saat ini sudah menjadi sebuah puing-puing bangunan. Abdul Rahman I tahun 750 M mengangkat dirinya sebagai emir dan membangun Cardoba sebagai ibu kota sedang tahun 936 M Abdul Rahman III mendeklarasikan diri sebagai khalifah pertama Andalusia setelah itu Ia membangun pemerintahan baru di atas bukit di antara gunung dan lembah Guadalquvir.
Untuk sekarang di dalam kotanya sendiri hanya tertinggal fondasinya dan sisa-sisa reruntuhan selebihnya sudah terkubur di bawah tanah, pada zamanya kota ini dibangun di area bertingkat dan memiliki teknologi pengairan yang maju. Terdapat sebuah benteng yang pada kala itu menjadi tempat tinggal khalifah, para pengawal kerajaan dan tentara. Jika ada delegasi dari luar negeri datang maka akan dibawa ke tempat pertemuan yang bernama The Rich Hall paviliun megah yang memiliki kebun yang luas dan empat kolam besar, aula yang luas dengan pilar marmer yang setiap pilarnya memiliki ukiran dan warna yang berbeda.
Tak jauh dari istana dibangun sebuah masjid yang dipercaya sebagai masjid pertama di Andalusia dan kiblatnya menghadap ke Mekkah. Akibat konflik perang sipil pada tahun 1012 istananya pun hancur menjadi sebuah puing-puing, butuh waktu 25 tahun untuk membangun Madinat Al Zahra, namun hanya mampu bertahan 65 tahun dan akhirnya terkubur 9 abad.
Mezquita de Cordoba, ini dibangun pada abad ke-8 di Cardoba merupakan masjid terbesar yang dibangun di luar Arab tetapi sekarang sudah beralih fungsi menjadi sebuah gereja yang digunakan untuk misa setiap hari. Sebelum masa Abdul Al-Raahman I, 985 M masjid tersebut masih menjadi sebuah gereja romawi San Vicente Basilica.
Masjid ini mengusung konsep pekarangan dengan kebun, aula ibadah di dalamnya menggunakan pilar-pilar yang terbuat dari marmer dan granit berbagai warna yang berderet rapi. Setiap pilar memiliki ukiran yang berbeda-beda, dinding terbuat dari emas yang bertabur kaligrafi dan ukiran motif bunga-bunga, memiliki langit-langit yang tinggi menjulang. Setelah ditaklukan raja Ferdinand III, 1236 sebagian pada tempat ini sudah mendapat pengaruh arsitektur kristen dimana terdapat penambahan pada konstruksi bangunanya berupa arsitek barok, gotik dan renaissance, tetapi pada Mihrab masjid masih dipertahankan, tempat ini juga masih banyak kapel yang digunakan oleh para pengunjung hingga sekarang.